BAB
I
Teori ekonomi yang dikembangkan Barat membatasi analisisnya
dalam jangka pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya
saja. Tidak ada analisis yang memasukkan nilai-nilai moral dan sosial. Analisis
hanya dibatasi pada variabel-variabel pasar semata seperti harga, pendapatan
dan sebagainya. Variabel-variabel lain tidak dimasukkan, seperti variabel nilai
moral seperti kesederhanaan, keadilan, sikap mendahulukan orang lain dan
sebagainya.
Dalam ekonomi Islam, setiap keputusan ekonomi seorang
manusia tidak terlepas dari nilai-nilai moral dan agama karena setiap kegiatan
senantiasa dihubungkan kepada syariat. Al-Qur’an menyebut ekonomi dengan istilah
iqtishad (penghematan, ekonomi), yang secara literal berarti pertengahan atau
moderat. Seorang muslim dilarang melakukan pemborosan tetapi juga dilarang
bukhl (pelit).
1. Mengetahui
Tentang Pengertian Teori Agregat Dalam Perekonomian Terbuka
2. Mengetahui
Tentang Model Permintaan Agregat Dalam Perekonomian Terbuka
3. Mengetahui
Tentang Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Agregat dalam Perekonomian
Terbuka Islam
4. Mengetahui
Tentang Multiplier Dalam Perekonomian Terbuka Islam
TEORI
PERMINTAAN AGREGAT
DALAM
PEREKONOMIAN TERBUKA ISLAM
Permintaan agregat adalah seluruh
permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik
dari dalam maupun dari luar negri. Kelompok
utama yang menghabiskan adalah konsumen (konsumsi), perusahaan (yang
menghabiskan investasi), pemerintah (pengeluaran pemerintah), dan luar negeri
(ekspor).
AD = C + I
+ G + ( X – M)
Di mana C = pengeluaran konsumsi, I = pengeluaran
investasi, G= pengeluaran pemerintah dan (X-M) = ekspor impor.
Dalam menganalisis permintaan agregat,
dua ekonom terkenal yaitu Keynes dan Pigou mempunyai pendapat yang berbeda.
Menurut Keynes, apabila terjadi
perubahan harga, maka jumlah yang beredar riil (Ms/P) akan berubah, akibatnya
terjadi perubahan pada tingkat bunga (i). Selanjutnya perubahan tingkat bunga
tersebut akan mempengaruhi investasi (I) yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pendapat nasional.
Sedangkan menurut Pigou, apabila terjadi
perubahan harga dalam perekonomian masyarakat akan merasa saldo kas rill (real
cash balance) meraka berubah, yang yang selanjutnya akan mempengruhi konsumsi masyarakat tersebut.
Perubahan konsumsi akan mengakibatkan perubahan pada pendapatan nasional.
Jadi pada intinya, perbedaan pendapat kedua
ekonom tersebut terletak pada perubahan variabel-variabel ekonomi akibat adanya
perubahan harga. Keynes menitik beratkan pada perubahan tingkat bunga,
sedangkan Pigou menitik beratkan perubahan konsumsi ketika terjadi perubahan
harga.
Permintaan agregat dalam perekonomian terbuka islam
adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu
perekonomian, baik dari dalam maupun dari luar negri yang sesuai dengan syariat islam.
Model Keynes menunjukan apa yang
menyebabkan kurva permintaan agregat bergeser. Dalam jangka pendek, ketika
tingkat harga tetap, pergeseran kurva permintaan agregat mengarah pada
perubahan pendapatan nasional,Y. Model permintaan agregat yang dikembangkan di
makalah ini disebut IS-LM merupakan interpretasi utama dari kerja Keynes. Model
IS-LM mengambil tingkat harga yang ada dan menunjukan apa yang menyebabkan
pendapatan berubah. Ini menunjukan apa yang menyebabkan AD bergeser.
Pasar barang dan kurva IS (investasi dan
saving/tabungan) memplot hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan
yang muncul di pasar dan jasa.
Pasar
uang dan Kurva LM (likuiditas dan money/uang) memplot hubungan antara tingkat
bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar uang.
Karena tingkat bunga mempengaruhi baik
investasi dan permintaan uang, ia adalah variabel yang menghubungkan dua bagian
model IS-LM. Model menunjukan bagaimana interaksi antara pasar-pasar ini
menentukan posisi dan kemiringan kurva permintaan agregat, dan tingkat pendapatan
nasional dalam jangka pendek.
Pada system ekonomi Islam
bunga tidak diberlakukan dan diganti dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Spekulasi tidak diberlakukan dalam ekonomi Islam, yang
ada hanyalah motif berjaga-jaga.
Dalam General Theory of Money, Interest and
Employment (1936), Keynes
menyatakan pendapatan total perekonomian, dalam jangka pendek, ditentukan sebagaian besar oleh keinginan
belanja
rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Semakin
orang ingin belanja, semakin banyak
barang dan jasa yang perusahaan dapat jual. Semakin banyak yang perusahaan
jual, semakin banyak output yang mereka akan pilih untuk diproduksi dan semakin
banyak yang mereka akan pilih untuk dipekerjakan.
Perpotongan Keynes
menunjukkan bagaimana pendapatan Y
ditentukan untuk tingkat tertentu investasi terencana I dan kebijakan fiskal G
dan T. Kita dapat menggunakan
model ini untuk menunjukkan bagaimana pendapatan berubah ketika salah satu
variabel berubah. Pengeluaran aktual (actual expenditure) adalah jumlah yang rumah tangga, perusahaan
dan pemerintah belanjakan untuk barang dan jasa (GDP). Pengeluaran yang
direncanakan (planned expenditure)
adalah jumlah yang rumah tangga, perusahaan dan pemerintah ingin belanjakan untuk barang dan
jasa. Perekonomian ada di ekuilibrium bila Pengeluaran aktual = Pengeluaran
yang direncanakan atau Y = E
C. Permintaan Agregat dalam Perekonomian Terbuka Islam
Faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan agregat adalah pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi, pengeluaran
pemerintah dan ekspor impor
1.
Pengeluaran Konsumsi
Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan
mshlahah duniawi dan ukhrawi. Mashlahah duniawi adalah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, pakaian, tempat
tinggal, kesehatan, dll. Kemashlahatan ukhrawi adalah terlaksananya kewajiban
agama seperti shalat, haji, dll. Artinya, manusia makan dan minum agar bias
beribadah kepada Allah, seperti manusia berpakaian untuk menutup aurat agar
bias shalat.
Pengaruh prinsip-prinsip islam
terhadap pengeluaran konsumsi dengan pendapatan yang muncul dalam suatu
ekonomi, dalam hal ini ada 4 hipotesa teoritis sbb:
a.
Hipotesa pendapatan mutlak
Menurut hipotesa ini konsumsi
dalam periode waktu tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable
income) pada periode tersebut. Naiknya pendapatan, tingkat konsumsi akan naik
juga.
b.
Hipotesa pendapatan
relative
Konsumsi rata-rata dan konsumsi
marginal adalah sama. Zakat dan sedekah akan mengurangi tingkat konsumsi dan
dapat meningkatkan jumlah tabungan yana akan diarahkan untuk investasi.
c.
Hipotesa pendapatan
permanen
Besar zakat tetap misalnya zakat
profesi 2,5% berapapun jumlah penghasilannya karena pertimbangan agama dan
ketentuan hokum Allah, tidak seperti pajak. Sehingga konsumsi permanen agregat
tidak akan berpengaruh terhadap distribusi pendapatan.
d.
Hipotesa siklus kehidupan
Konsumsi tidak tergantung dengan
pendapatan saat ini, namun juga dari pendapatan yang diharapkan untuk masa yang
akan datang telah diatur selama hidup.
Islam tidak mengajari pola hidup
mewah dan boros atau pengeluaran yang berlebihan. Bila hal ini diterapkan akan
dapat mengurangi konsumsi total dan dapat meningkatkan volume investasi.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 31 sebagai berikut:
“Hai anak
Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan
minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf:31)
2.
Investasi
Pengeluaran untuk investasi merupakan
salah satu komponen penting dari pengeluaran agregat. Investasi
adalah pengeluaran oleh swasta untuk pembelian barang-barang dan jasa yang akan
dipakai dalam proses produksi atau dengan kata lain sama dengan permintaan oleh
swasta terhadap barang dan jasa (input) yang diperlukan untuk investasi
produktif.
Faktor yang menentukan pengeluaran
investasi berbeda dengan konsumsi.
Perbedaanya
terletak dalam hal tujuan membeli barang, yaitu untuk invesatasi dengan harapan
untuk mendapatkan keuntungan sedangkan konsumsi dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok. Perbedaan lain adalah sumber pembiayaan untuk investasi dapat
berasal dari berbagai sumber pembiayaan dan keuangan dimana jumlahnya tidak
tergantung dari kondisi keuangan sekarang tetapi pada harapan kondisi keuangan
dimasa mendatang. Pembiayaan konsumsi rumah tangga berasal dari pendapatan
sekarang. Jadi
pengeluaran investasi jumlahnya bisa jauh melebihi jumlah pendapatan sekarang, tidak
tergantung dengan income.
Sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya hari esok (akhirat) dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS.Al-Hasyr: 18)
Sebelum membahas bagaimana
criteria, norma, dan aturan investasi syariah ada beberapa prinsip dasar
transaksi menurut syariah, yaitu:
a.
Transaksi dilakukan atas harta yang memberika nilai manfaat.
b.
Uang sebagai alat pertukaran bukan komoditas perdagangan.
c.
Resiko yang timbul harus dikelola sehingga tidak dapat menimbulkan
resiko yang lebih besar.
d.
Dalam islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia
menanggung resiko.
e.
Manajemen yang diterapkan adalah manajemen islam
Tentang kriteria atau
standar dalam menilai proyek investasi, al-Mawsu’ah
Al-Ilmiyah wa al-amaliyah al-islamiyah memandang ada lima criteria yang
sesuai dengan islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi,
yaitu:
a.
Proyek yang baik menurut islam dan terbebas dari riba
b.
Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat
c.
Memberantas kefakiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan
d.
Memelihara dan menumbuhkembangkan harta
e.
Melindungi kepentingan anggota masyarakat
Fungsi investasi dalam
ekonomi Islam amat berbeda dengan fungsi investasi dalam ekonomi konvensional.
Perbedaan terjadi terutama karena pengusaha Islam tidak menggunakan tingkat
bunga dalam menghitung investasi.
Investasi di negara penganut
ekonomi Islam dipengaruhi oleh tiga factor, yaitu:
a.
Ada sangsi untuk memegang asset yang tidak produktif
b.
Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan judi
c.
Tingkat bunga untuk pinjaman adalah nol
Permintaan investasi akan meningkat jika:
a.
Meningkatnya tingkat keuntungan yang diharapkan
b.
Meningkatnya tingkat iuran terhadap asset yang tidak produktif
Tingkat keuntunga yang diharapkan bukan sebagai variable control, maka
variable yang dipakai oleh otoritas islam adalah tingkat biaya atas asset yang
tidak produktif. Variable ini merupakan alternative tingkat bunga yang biasa
berlaku dalam negara non Islam.
Pada gambar memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat keuntungan yang
diharapkan, semakn besar volume investasinya. Dalam ekonomi islam, permintaan
investasi akan menurun sampai nol pada titik dimana tingkat keuntugan menjadi
negative.
Dalam ekonomi Islam, tidak akan terjadi kasus dimana ongkos oppotunitas
menjadi nol. Dengan kata lain semua semua asset yang tidak produktif yang telah mencapai nisab akan dikenakan
zakat. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 34 sebagai
berikut:
“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang
yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34)
Dari hal tersebut maka permintaan investasi Islam memenuhi kualifikasi
sebagai berikut:
a.
Sebagian besar investasi dalam ekonomi Islam adalah otonom. Penabung
islam tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga mencari ridho Allah.
b.
Investor muslim mengharapkan keuntungan investasinya dalam batas-batas
yang wajar dan menjauhi berbagai bentuk pemerasan.
c.
Motivasi individu muslim tidak semata mencari keuntungan maksimal tetapi
juga mencari prinsip kejujuran.
3.
Ekspor dan Impor
Berhubungan dengan ekspor dan impor dalam ekonomi Islam terdapat
beberapa ketentuan sebagai berikut:
a.
Perdagangan luar negeri dengan negara kafir yang memiliki hubungan
permusuhan dan peperangan secara dengan negara islam adalah haram.
b.
Negara mengizinkan kaum muslim untuk melakukan perdagangan dengan negara-negara
kafir yang negaranya menjalin perjanjian dengan negara Islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perdagangan luar negeri negara
islam dikontrol sepenuhnya oleh nagara. Negara islam juga melakukan sejumlah
proteksi untuk melindungi stabilitas ekonomi. Hanya saja proteksi yang
dilakukan oleh negara islam tidak sama dengan yang dilakukan oleh negara
kapitalis. Proteksi yang dilakukan negara islam tidak ditujukan untuk
melindungi stabilitas ekonomi saja, tetapi juga ditujukan untuk mewujudkan
stabilitas politik dan tugas menyebarkan risalah Islam keseluruh dunia.
Adapun mengenai cukai yang dikenakan atas komoditas yang keluar masuk di
wilayah negara islam tentu berbeda dengan cukai yang dipraktikkan pada
perdagangan luar negeri konvensional. Cukai diperkenakan kepada pelaku
perdagangan dari negara kafir. Adapun pelaku perdagangan dari warga negara
islam sama sekali tidak boleh ada cukai.
Setelah diketahui faktor yang mempengaruhi
komponen agregate demand maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaiman mekanisme
komponen AD tersebut mempengaruhi output atau pendapatan. Hal ini dapat
dijelaskan melalui konsep multiplier. Sebelum diterangkan lebih lanjut maka ada
beberapa asumsi yang harus dibuat, yaitu,
Pertama, pengeluaran pemerintah (G)
adalah exogenous, artinya besarnya tidak ditentukan didalam sistem atau
ditentukan oleh faktor-faktor tertentu yang tidak dapat diprediksi. Faktor yang menentukan
besarnya anggaran pemerintah lebih banyak ditentukan oleh kemauan politik
pemerintah, bukan variable ekonomi.
Analisis
dilakukan dalam ekonomi tertutup, artinya tidak ada export dan import dalam
pengeluaran agregat (AD).
Ketiga
asumsi ini tidak mengurangi atau merubah validitas analisis yang dilakukan.
Bila ketiga asumsi ini dimasukkan dalam analisis maka hasilnya akan tetap sama.
Sekarang kita mulai analisis dengan
sebuah contoh berikut. Misalnya,
bila pengeluaran aggregate dinaikan sebesar D maka berapa besar dampaknya
terhadap output? Bila ada tambahan pengeluaran aggregate atau permintaan
agregat sebesar D maka akan terjadi tambahan produksi sebesar D dan kenaikan
output atau income sebesar D juga. Selanjutnya pengeluaran sebesar D tadi akan
menjadi pendapatan bagi penjual yang menerima pengeluaran D. Oleh penjual ini
uang sebesar D akan dibelanjakan lagi untuk memenuhi kebutuhannya tetapi tidak
sebesar D. Besarnya pengeluaran pada putaran kedua ini adalah z∆ D yaitu sesuai
dengan kecenderungan berbelanja mereka atau Marginal Propencity to Consume
(MPC). Tambahan income yang tercipta adalah sebesar ∆D + z∆D atau (1+z) ∆D.
Demikianlah seterusnya akan terjadi pelipatan dampak secara berantai melalui
putaran pengeluaran antara konsumen dan penjual atau produsen. Dampak akhir
dari tambahan pengeluaran sebesar ∆D adalah sebesar 1/(1-z) kali ∆D yang
merupakan penjumlahan dari semua tambahan income pada setiap putaran (Tabel
5.1).
Tambahan pengeluaran ∆ D dapat berupa
konsumsi, investasi atau pengeluaran pemerintah dan dampak akhirnya hampir sama
bila pengeluaran tersebut diasumsikan sebagai pengeluaran independent, atau
disebut dengan pengeluaran autonomous, artinya tidak tergantung dengan faktor
lain.
Bila pengeluaran naik sebesar 100 juta
dan MPC adalah 0.8, berapa tambahan pendapatan akibat tambahan pengeluaran
tersebut? Dengan memasukkan angka diatas maka didapat tambahan pendapatan ∆Y =
1/(1-0,8) kali 100 = 500 juta. Berarti multipliernya adalah sebesar 5 kali
lipat. Multiplier didefinisikan sebagai besarnya kelipatan perubahan output akibat
perubahan satu unit pengeluaran (C, I, G).
Formula multiplier ini dapat diturunkan
dengan cara lain. Besarnya setiap perubahan output yang terjadi harus sama
dengan besarnya perubahan aggregate demand sehingga,
∆ Y0 = ∆ AD.
Tambahan pengeluaran (∆AD) sama dengan
tambahan pengeluaran putaran pertama ∆D ditambah dengan pengeluaran yang
disebabkan oleh pelipatan (multiplier), c∆Y0 sehingga
∆ AD = ∆ D + c∆Y0
Gabungan
persamaan (5.9) dengan (5.10) didapatkan persamaan,
∆ Y0 = ∆ D + c∆Y0
c∆
Y0 = (5.11)
Atau
multiplier dapat juga diturunkan dari persamaan konsumsi dan agregat demand
seperti dibawah ini.
Y
= AD = C + I + G
Substitusikan
fungsi konsumsi kedalam persamaan diatas.
Y
= a + I + G + cY (5.12)
Kumpulkan faktor
Y dan autonomous spending sehingga:
Y
– cY = D
Y
= D
Pada awalnya titik keseimbangan adalah
pada titik E0 dengan pendapatan OY0 dan pengeluaran agregat OAD0. Kemudian
sektor bisnis melihat ada prospek untuk meraih keuntungan dimasa yang akan
datang sehingga mereka menambah investasi sebesar ∆D (dapat berupa ∆I).
Misalkan tambahan investasi ini meningkatkan AD pada putaran pertama sebesar
AE0. Penambahan AD ini langsung menjadi tambahan pendapatan bagi penjual barang
input yang dibeli oleh investor, yaitu sebesar AB dan selanjutnya direspon oleh
produsen dengan manaikan output dengan jumlah yang sama. Pada putaran kedua
tambahan output atau pendapatan kembali dibelanjakan sesuai dengan MPC yaitu
sebesar cAB = BC. Pengeluaran tambahan AD ini kembali menaikan pendapatan dan
direspon oleh produsen dengan menaikan output sehingga akhirnya proses ini
berhenti pada titik E1 dengan tingkat pengeluaran yang lebih tinggi dari semula
yaitu, yaitu AD0 AD1.dan pendapatan juga lebih tinggi yaitu sebesar 1/(1-c)
kali lipat dari ∆D atau Y0Y1.
Gambar Penurunan
Multiplier secara garfik.
Pada titik keseimbangan E0, Y0 = AD0 =
cY + D. Ketika terjadi penambahan pengeluaran ∆D (dapat berupa I atau G) maka
titik keseimbangan berubah. Mula-mula tambahan permintaan menjadi E0A, tambahan
permintaan ini merupakan tambahan income sebesar AB bagi penjual (E0A=AB).
Melalui proses multiplier tambahan income ini mendorong permintaan lanjutan
(BC) yang kemudian kembali direspon oleh produsen dengan menaikan output.
Demikian seterusnya sampai proses ini berhenti pada titik keseimbangan baru E1
sehingga tambahan AD atau output menjadi 1/(1-c) kali ∆D yang tidak lain adalah
sama dengan Y0Y1= AD0 AD1.
Dari uraian diatasa ternyata besaran
multiplier tergantung dengan besaran MPC atau koefisien c, yaitu proporsi dari
income yang dibelanjakan oleh konsumen untuk keperluan konsumsi. Semakin besar proporsi
income yang dibelanjakan maka semakin besar pula multiplier dan semakin besar
pula dampaknya terhadap kenaikan income atau output. Tetapi harus diingat bahwa
proses ini hanya bisa berlangsung dalam waktu pendek. Dalam jangka panjang hal
ini tidak bisa berlanjut karena income tidak bisa ditopang oleh konsumsi yang
tinggi saja karena konsumsi juga teragantung dari income, sedangkan income /
output juga ditentukan oleh faktor ril seperti investasi disamping konsumsi,
pengeluaran pemerintah dan net export.
Secara empiris hal tersebut diatas
adalah benar bahwa konsumsi dalam jangka pendek bisa mendorong pertumbuhan
ekonomi karena ekonomi belum mencapai full employement. Misalnya masih banyak
pabrik yang belum bekerja penuh, tenaga kerja banyak yang menganggur, dan
seterusnya sehingga output masih bisa didorong tumbuh tanpa investasi baru. Tetapi untuk
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, artinya setelah ekonomi mencapai full
employement, maka diperlukan investasi baru untuk berlanjutnya pertumbuhan
ekonomi.
1.
Permintaan
agregat dalam perekonomian terbuka islam
adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu
perekonomian, baik dari dalam maupun dari luar negri yang sesuai dengan syariat islam.
2.
Pada system ekonomi islam bunga tidak diberlakukan, dengan demikian
permintaan uang untuk tujuan bunga dihapuskan dan diganti dengan tingkat
keuntungan yang diharapkan.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan agregat adalah pengeluaran
konsumsi, pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor impor
4.
Konsumsi dalam jangka pendek bisa mendorong
pertumbuhan ekonomi karena ekonomi belum mencapai full employement. Tetapi untuk
pertumbuhan ekonomi jangka panjang, artinya setelah ekonomi mencapai full
employement, maka diperlukan investasi baru untuk berlanjutnya pertumbuhan
ekonomi.
DAFTAR
PUSTAKA